Sunday, November 28, 2010

Siapa Muslimah Pengganti Florence Nightingale dan Mother Theresa?

Saya sudah baca bukunya, akh menurut saya kisah Florence Nightingale yang terkenal sebagai perawat di zaman Revolusi Perancis biasa-biasa saja.

Namun, kalau dilihat bagaimana pengorbanannya yang bertahun-tahun merawat korban perang sebagai perawat dirumah sakit, memang membuat dirinya wajar dipanggil tokoh kemanusiaan. Apalagi bila kita melihat sulitnya menemukan perawat yang berdedikasi dan mau menolong serta merawat orang yang terluka dizaman sekarang ini.

Wajah judes dan lelah seringkali malah ternampak dari para perawat kita yang berlalu hilir mudik. Namun tidak menoleh sedikitpun kepada para pasien lumpuh, renta, kotor dan luka parah dimana-mana yang dengan wajah meringis menahan sakit dan dzikir serta tangisan berkepanjangan dari sanak keluarganya, yang memohon-mohon belas kasihan sang suster untuk mendahulukan pertolongan bagi pasien.

Mungkin hati mereka sudah kebal melihat orang sakit di Indonesia ini setiap hari dengan jumlah yang beragam dan isak tangis yang bunyinya serupa. Dengan anggun seakan-akan penguasa ketiga rumah sakit, sang suster seringkali menyarankan sanak keluarga pasien untuk melengkapi administrasi telebih dahulu.

Bila kita melihat name tag nama si suster, nama yang Islami dan indah terlihat di baju seragamnya seperti Aminah, Solichah, Jamila, walaupun sebagian ada juga yang bernama Wati, Dewi atau Santi, namun sebagian besar suster itu pastilah beragama muslim, dengan prilaku yang serigkali terlihat tidak Islami.

Wajarlah bila Florence Nightingale yang beragama Kristian menjadi simbol kebaikan perawat-perawat Kristian terhadap korban perang yang terluka. Sebagian besar pria yang terkena luka parah dan memerlukan perawatan siang malam ditengah kesakitan yang sangat, membuat Florence Nightingale begitu dikenal sebagai sosok kemanusiaan dalam segi keperawatan.

Perawat yang bekerja keras menolong sesama manusia tanpa pamrih, itulah sosok wanita Kristian yang namanya dikenal sampai berpuluh-puluh tahun kemudian.

Selain itu ditambah lagi tokoh renta berwajah tirus dan digambarkan walau jalannya membungkuk namun kain kerudung separuh yang menutupi kepalanya membuat Bunda Theresia, lagi-lagi tokoh wanita Khatolik (non muslim lagi) menjadi sosok idola dan tokoh cinta kasih yang menolong sesama manusia susah. Dengan pengabdiannya yang begitu luar biasa, bahkan sampai ajalnya tiba, dikabarkan dia masih memberikan pelayanaan kepada sesama manusia, baik yang dikenal maupun tidak.

Hmm, mungkin sebagian kita akan berdalih dengan mengatakan, akhhh.. itu sih karena media massa yang menyebarkan dan membuat image agar tokoh wanita Kristian dan Katolik begitu nampak hebat, dan media sekarang kan memang dikuasai oleh Yahudi dan Nasrani. Dengan bantuan ayat,

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. [QS. Al Baqarah [2] : 120]

semakin membuat pemikiran kita bahwa kehebatan tokoh wanita Kristian dan katolik itu memang rekayasa Yahudi dan Nasrani.

Namun ingat lho, tak akan kebakaran kalau tak ada api yang membakar, dan ada api pun tak akan mudah membakar bila tak ada sebab dan usaha dari si pembakar (baik sengaja maupun tidak).

Maka alangkah naifnya kita bila hanya menuduh media terlalu membesarkan tanpa kita sebagai muslimah terus berusaha untuk menggantikan tokoh wanita-wanita Kristian tersebut untuk menjadi muslimah yang mampu memberi inspirasi dan dikenal umat.

Dengan tugas dan kerjanya anda para muslimah ditempat kerja masing-masing baik sebagai perawat, dokter, guru, jadilah tokoh-tokoh yang berjuang tanpa pamrih sehingga suatu saat akan timbul nama-nama kita yeng akan menggantikan nama Florence Nightingale dan Mother theresa dalam benak generasi kita yang akan datang.

Dan bangkitlah media dan wartawan muslim untuk menceritakan dengan gegap gempita perjuangan para suster muslimah yang melayani orang sakit tanpa melewati administrasi yang rumit, juga para guru muslimah yang menggoalkan UN dengan nilai tinggi bagi para anak didiknya tanpa uang tambahan, serta pendidik anak-anak jalanan dan kerja-kerja kemasrakatan lain yang membanggakan para muslimah kita.

Cukuplah kisah Florence Nightingale dan Mother theresa menjadi kisah masa lampau, yang akan digantikan kisahnya oleh kisah para muslimah di abad milenium. Bangkitlah Muslimah.. harapan itu masih ada.. berjuanglah, muslimah, tinggikan nama Islam yang jaya.

copy paste dari: eramuslim.com

"Mencari Redha Allah.."

Wednesday, November 24, 2010

Moga diri tetap menjadi yang terpilih..

Siapa pun kita kini, dari mana pun kita,apa pun nama kita, apa pun status kita kini..tetap, kita tidak pasti bagaimana pengakhiran kehidupan kita didunia..kerana yang tetap akan menentukan pengakhirannya adalah Dia yang Maha Esa.. semoga setiap kali doa-doa yang kita mohon pada Nya untuk "husnul khatimah" diakhir hayat kita diperkenanNya..

secoret cerita sebagai peringatan buat jiwa kita..

TAUBAT SANG ROCKER

Cinta yang tulus di dalam hatiku,
Telah bersemi karena-Mu
Hati yang suram
kini tiada lagi
Tlah bersinar karena-Mu
Semua yang ada pada-Mu
Membuat diriku
tiada berdaya
Hanyalah bagi-Mu
Hanyalah untuk-Mu
Seluruh hidup
dan cintaku…”

Masih terngiang lirik lagu Cinta Yang Tulus yang dinyanyikan Bangun Sugito alias Gito Rollies, yang popular di tahun 80an. Lagu yang pernah dipopularkan The Rollies itu memang liriknya terkesan religius. Namun kesan itu menjadi paradoks ketika tahu sisi gelap dari kehidupan si pelantun tembang tersebut. Penampilan Gito kala itu urakan dengan rambut awut-awutan dan celana jin belel menghiasi kejayaan The Rollies Band di era 1980-an. Bahkan lagu-lagu cadas meluncur dari suara seraknya. Segudang kedugalannya kerap dikupas dan menjadi langganan infotainment.

Sudah menjadi rahasia umum bila dunia selebritis di mana pun berada selalu dekat dan akrab dengan dunia gemerlap (dugem) yang kerap diselingi berbagai macam kesenangan sesaat seperti narkoba dan obat-obatan terlarang lainnya. Tak terkecuali pria kelahiran Biak, 1 November 1947 ini.

“Tiap Jumat siang kami berangkat ke daerah Puncak Bogor untuk pesta miras dan narkoba,” Ungkap Gito dengan nada sesal.

Sebelum merasakan ke-Mahaan Allah dalam dirinya, Bangun Sugito hidup dalam serba kecukupan. Bergelimang kemewahan, bergiat dalam kehidupan malam, bertemankan jarum neraka. Begitulah hari demi hari yang dilalui seolah pakaian yang tak pernah lepas dari badannya.

Bahagiakah hidup seperti itu? Mendatangkan ketenangankah semua itu? Sebuah pertanyaan yang belum terjawab, sebuah rasa yang belum pernah ada dan sebuah keinginan yang belum tercapai. Pada akhirnya semuanya hanya menghantarkannya ke alam risau, resah dan gelisah.

Klimaks terjadi kala ia merayakan ulangtahunnya yang ke-50 pada 1997. Di situ, Gito mengundang seluruh karibnya untuk berpesta alkohol dan obat sepuasnya.
Dalam kerisauan panjang, beriring desah dan keluh kesah, daerah Puncak Bogor –Puncak dikenal sebagai tempat rekreasi di daerah Jawa Barat– selalu menjadi tempat menumpahkan penat, mengubur kegundahan yang membuncah. Wal hasil bukan ketenangan yang didapat bahkan gelisah itu makin menjadi. Namun dari daerah inilah benih hidayah itu mulai mekar membesar. Puncak menjadi tempat bersejarah, tempat solusi menjawab segala kerisauan.

Saat itu hari Jumat siang. Pria dengan rambut awut-awutan ini masih memegang botol miras, duduk di tempat yang tinggi sambil sesekali memandang ke arah bawah. Pandangannya tertuju kepada beberapa warga desa yang ramai menuju mesjid, hatinyapun bergetar, kerisauanpun kembali mengusik hati.

“Mereka dengan kesahajaan bisa menemukan kebahagiaan. Apakah di Masjid ada kebahagiaan?!” Pertanyaan itu selalu mengusik Gito.

Sungguh pemandangan indah di hari Jumat itu, memberi arti tersendiri bagi kehidupan Gito Rollies. Sulit dibedakan keterusikan karena sekedar ingin tahu atau ini adalah awal Allah membukakan hatinya bagi pintu tobat.

Dicobanya untuk mendekati Masjid itu, subhanallah, seperti ada magnit yang memendekkan langkahnya untuk tiba. Mungkin di sana ada kebahagiaan. Terlihatlah sebuah pemandangan yang meluluhlantakan kegelisahannya selama ini.

“Rasanya seluruh otakku tiba-tiba dipenuhi oleh kekaguman. Dan entah kenapa, aku seperti mendapatkan ketenangan melihat orang-orang ruku, sujud dalam kekhusuan,”

“Bukankah apa yang kulakukan selama ini untuk mendapatkan ketenangan, tapi kenapa tidak? Ya, aku telah bergelut dengan kesalahan dan tetek bengeknya yang semuanya adalah dosa. Benarkah Allah tidak akan mengampuni dosaku? Lantas buat apa aku hidup jika jelas-jelas bergelimang dalam ketidakbahagiaan.” Pikiran itu terus bergelayut seakan haus jawaban.

“Malam itu aku benar-benar tidak dapat memejamkan mata. Aku gelisah sekali. Ya, ternyata aku yang selama ini urakan, permisive ternyata masih takut dengan dosa dan neraka. Berhari-hari aku mengalami kegelisahan yang luar biasa. Hingga suatu malam, di saat kegelisahanku mencapai “puncaknya”, aku memutuskan untuk memulai hidup baru.
“Selama hidupku, baru kali ini aku diliputi suatu perasaan yang belum pernah aku rasakan semenjak mulai memasuki dunia selebritis. Maka, aku pun segera berwudlu dan melakukan shalat. Ketika itu, untuk pertama kalinya pula aku merasakan kebahagiaan dan kedamaian. Dan sejak hari itu, aku memutuskan untuk tekun memperdalam agama sekalipun masih banyak sekali tawaran-tawaran menggiurkan yang disodorkan kepadaku atau pun beragam ejekan dari sebagian orang. Aku pun melaksanakan haji seraya berdiri dan menangis di hadapan ka’bah memohon kepada Allah kiranya mengampuni dosa-dosa yang telah aku lakukan pada hari-hari hitamku.”

Ketika mentari terbit, Gito langsung mengajak istrinya untuk pergi ke Bandung, menjenguk sang ibunda. Di sana, ia mengutarakan niatnya untuk tobat yang disambut tangis haru sang ibu. Sejak saat itu, Gito resmi meninggalkan dunia kelam.
Satu yang disyukuri Gito adalah, dukungan dan kesabaran sang istri, Michelle, yang tak pantang habis.

“Saat aku sudah belajar agama, aku tidak berupaya menyuruhnya shalat. Ia tiba-tiba belajar shalat sendiri, begitu juga anak-anak. Suatu hari, ketika aku pulang, tiba-tiba aku mendapatinya tengah mematut diri di depan kaca sambil mengenakan jilbab. Padahal aku tidak pernah menyuruhnya. Subhanallah, istriku memang yang terbaik yang pernah diberikan Allah,” kata ayah dari empat putra ini.

Tobatnya Gito juga disyukuri oleh sang mertua, warga negara Belanda yang berimigrasi ke Kanada. Meski berbeda keyakinan, ibu mertuanya justru senang dengan perubahan yang dialami Gito.

“Kata beliau, aku jadi lebih kalem ketimbang dulu, meski sekarang pakai jenggot segala. Bahkan aku jadi menantu favoritnya lho,” tuturnya sambil terkekeh.

“Mengapa Allah memberikan hidayah kepada diriku yang kerdil ini? Mengapa Allah menciptakan makhluk yang penuh dosa ini?”

Gito mengaku harus merenung lama untuk menemukan jawaban itu. Setelah dia menjalankan shalat dan menunaikan haji, jawaban itu baru mampir di benak dan pikirannya. “Ternyata, Allah menciptakanku untuk menjadi manusia baik. Semula mengikuti idolaku, Mick Jagger. Aku menjadi penyanyi dan rekaman lalu mendapat honor. Tapi itu bukan kebahagiaan sepenuhnya buatku.”

“Mick Jagger itu dulu menjadi idolaku. Ikut mabok, main cewek, dan seabrek dunia kelam lain. Tapi sekarang aku mengidolakan Nabi. Dan sekarang, aku menemukan nikmat yang tiada tara.”

Kalimat itu meluncur dengan lugas dari Gito Rollies, artis ndugal yang kini memilih ke pintu pertobatan. Penampilan Gito tak lagi urakan dengan rambut awut-awutan dan celana jin belel. Bukan pula pelantun lagu-lagu cadas yang berjingkrak-jingkrak tidak keruan.

“Aku sudah mendapatkan banyak hal di dunia ini. Sekarang saatnya mengumpulkan amal untuk persiapan menghadapi hari akhir ,” katanya ketika memberi testimoni tentang perubahan dalam hidupnya.

Artis kelahiran Biak, Papua, 1 November 1947 dengan nama bangun Sugito ini awalnya dikenal sebagai rocker. Dalam perjalanan karirnya, ia juga dikenal sebagai aktor dan terakhir dalam kondisi sakit ia menjadi penceramah agama.

Nama Gito terlihat diambil dari nama aslinya, sementara nama Rollies diambil dari nama grup band asal Bandung, The Rollies yang pernah terkenal pada dekade 1960-an hingga 1980-an. Grup ini terdiri dari vokalis Gito, Uce F Tekol, Jimmy Manoppo, Benny Likumahuwa, Teungku Zulian Iskandar.

Setelah bersolo karir, dia menelorkan sejumlah album solo, yakni Tuan Musik (1986), Permata Hitam/Sesuap Nasi (1987), Aku tetap Aku (1987), Air Api (1987) dan Tragedi Buah Apel (1987) dan Goyah (1987).

Sebagai aktor Gito memulai debutnya di dunia film lewat Buah Bibir (1973) sebagai figuran. Setelah benar-benar menjadi aktor ia bermain dalam Perempuan Tanpa Dosa (1978), Di Ujung Malam (1979) dan Sepasang Merpati (1979), dan Permainan Bulan Desember (1980), dan Kereta Api Terkahir (…). Namun kekuatan aktingnya terlihat pada Janji Joni yang mengantarkannya meraih piala Citra untuk kategori Aktor Pembatu Pria Terbaik pada Festival Film Indonesia tahun 2005.

Kang Gito, begitu sapaan akrabnya, memang bukan lagi Gito Rollies yang lama. Sejak 10 tahun belakangan, hidupnya berubah 180 derajat. Kini, ia lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Namun, mantan personel band The Rollies ini tak segan-segan menyerukan semua orang untuk meninggalkan kehidupan yang dipenuhi alkohol dan obat-obatan terlarang.

“Dalam hidup ini -apa pun agamanya- adalah paling baik mengikuti ajaran agama.
Karena inilah yang akan membentengi kita -terutama anak-anak- dalam menjalani cobaan hidup,” lanjut ayah tiga anak dari perkawinan dengan Michelle: Puja, Bayu dan Bintang.

Toh, meski sudah berada di jalan Allah, Gito tak pernah merasa dirinya yang paling benar. Ia selalu menolak jika disebut kyai, atau diminta untuk berceramah. Menurutnya, ia hanyalah orang yang masih terus belajar agama. Apapun yang diucapkannya di depan umum adalah upayanya berbagi cerita.

Bahkan, Gito masih merasa belum cukup bertobat hingga akhir hayatnya. Tak pernah sekalipun ia merasa dosa-dosanya telah terhapuskan. Dalam suatu pengajian ia sempat bertanya kepada ustadz yang berceramah, apakah dosa-dosanya di masa lalu bisa berkurang dengan perbuatannya saat ini.

“Tak hanya berkurang, namun dosa Kang Gito bahkan sudah dianggap lunas. Kang Gito jangan berpikir perbuatan baik saat ini untuk bayar dosa yang lalu. Sekarang Kang Gito tengah menabung untuk masa depan,” jawab sang ustadz, yang disambut Gito dengan wajah sumringah.

Sejak 1990-an nama Gito hilang dari peredaran setelah dia menarik diri dari dunia panggung musik rock maupun film. Khalayak pun tidak lagi menyaksikan aksi-aksi penyanyi bersuara serak dengan gaya panggungnya yang atraktif. Beberapa tahun kemudian Gito muncul menjadi seorang dai, yang kerap tampil dengan pakaian putih-putih.

Sejak 2005 Gito harus terbaring lemah. Ia tak berdaya melawan kanker kelenjar getah bening yang dideritanya. Namun kemudian ia justru terlihat banyak melakukan kegiatan dakwah. Bahkan sebelum meninggal Gito masih sempat berdakwah di Padang, Sumatera Barat selama 11 hari.

Tahun-tahun belakangan memang terasa berat buat Michelle Sugito wanita asal Kanada yang telah mendampingi hidupnya selama ini. Ia harus mendampingi suaminya menjalani terapi pengobatan kanker kelanjar getah bening yang dirasakan penyanyi rock ini, dua tahun terakhir.

Sosok Bangun Sugito yang atletis dan enerjik di panggung sudah menjadi bagian masa lalu. Untuk berjalan pun kini ia harus dibantu atau minimal menggunakan tongkat. Kadang ia memang menolak untuk dibantu. “Maunya sih tidak dibantu. Tetapi karena aku selalu bicara bahwa manusia harus saling membantu, ya aku juga harus mau dibantu orang lain,” kata Gito.

Karena itulah ia juga tidak menolak ketika diminta ikut dalam acara penggalangan dana buat korban gempa bumi Yogyakarta yang digagas orang tua murid tempat isterinya bertugas. Gito menganggap saat ini sudah saatnya ia bernyanyi untuk berdakwah, sesuatu yang ia harapkan ada manfaatnya buat para pendengarnya.
Sebab itu pulalah ia lebih memilih menyanyikan lagu-lagu bernuansa religius ketimbang lagu-lagu nunasa masa lalu seperti,“Astuti…Tuti..Tuti…”

Bersamaan dengan sumbangan yang mengalir dari undangan, air mata Michelle Sugito makin deras mengalir.

Ya, Gito Rollies memang pribadi yang penuh kenangan. Kehidupannya tersimpul dalam satu kalimat ‘Mantan lalim, yang jadi orang alim’. Masa mudanya memang sangat dekat dengan miras, narkoba dan hura-hura. Selama kurang lebih 23 tahun tidak menyurutkan niat rocker gaek bernama lengkap Bangun Sugito ini untuk tobat dan mendalami agama.

Dialah satu-satunya Rocker yang meninggal dengan tenang, indah dan tersenyum. Happy Ending. Seandainya Sid Vicious meninggal dengan tenang di St Paul’s Cathedral, Kurt Cobain dan Jimmy Hendrix meninggal mesra di St James Cathedral maka sepertinya tidak akan ada stigma: Rocker mati konyol dengan mulut berbusa atau berlumuran darah karena bertingkah bodoh akibat pengaruh narkoba. Dan mitos “Rocker Legend mati muda” pun sudah mulai usang karena Legend kita yang satu ini tutup usia di umur 61 tahun.

Gito menigggalkan seorang isteri bernama Michelle dan lima anak, yakni Galih Permadi, Bintang Ramadhan, Bayu Wirokarma, dan Puja Antar Bangsa.
Sebaik-baik usia tiap orang adalah pada penghujungnya. Dan ketahuilah, bagi kita, ujung-ujung usia akan selamanya menjadi misteri, karena seringkali di sanalah Allah memberikan kesudahan yang indah dari perjalanan taubat hamba-Nya.
Ila Robbika Muntahaha. Innama Anta Mundziru Man Yaghsyaha

dicopy and paste dari: http://ayo-tarbiyah.blogspot.com

"Mencari redha Allah.."

Monday, November 22, 2010

ETP

Tambahan kelab malam ETP rosakkan negara

Usaha kerajaan Malaysia melancarkan Program Transformasi Ekonomi (ETP) sebagai strategi meningkatkan pendapatkan negara adalah suatu usaha yang amat progresif.

Di samping itu, pertambahan peluang pekerjaan adalah antara kesan baik yang bakal dinikmati oleh rakyat apabila projek ini menjanjikan 3.3 juta pekerjaan baru menjelang tahun 2020.

Namun begitu, Kelab Rakan Siswa Islah Malaysia (KARISMA) melahirkan rasa bimbang terhadap usaha transformasi ekonomi melalui industri pelancongan.

EPP Ke-8 dalam Aktiviti Ekonomi Utama Nasional (NKEA) Pelancongan menyasarkan penubuhan enam kelab malam baru yang bakal menampung 900 pengunjung pada hujung minggu menjelang awal 2012.

Dua lagi akan beroperasi pada 2013 dan 2014. Menjelang tahun 2014, disasarkan sekurang-kurangnya 10 kelab malam akan beroperasi di zon hiburan baru hasil daripada projek ini.

Meskipun RM0.7 billion pendapatan negara kasar akan diperoleh serta 5,600 peluang pekerjaan akan ditawarkan menjelang 2020, ia dilihat suatu yang bertentangan dengan cita-cita Wawasan 2020 yang ingin menjadikan Malaysia maju dengan gaya dan acuan tersendiri.

Sebagai sebuah negara Islam dan majoriti rakyat beragama Islam, usaha menambahkan lagi pusat-pusat hiburan ini tidak dilihat selari dengan amalan dan nilai budaya negara ini.

KARISMA menggesa agar kerajaan melihat dengan teliti kesan sosial yang akan berlaku apabila pusat-pusat hiburan sebegini ditambah. Dari sudut ekonomi ia mungkin menguntungkan negara, tetapi dari sudut sosial, tiada yang dapat menafikan bahawa kebejatan sosial juga pasti bertambah.

Suasana hiburan melampau hari ini dan kesannya pada masyarakat seharusnya sudah cukup membimbangkan kita semua apabila kes rempit, rogol, dadah, ragut, samun, perkosa dan lain-lain tidak menunjukkan penurunan.

Amat menghairankan apabila pemimpin negara hanya memandang proses transformasi ini dari sudut pendapatan negara sahaja walhal menutup sebelah mata terhadap kesan sampingan yang bakal terjadi.

Alasan menarik pelancong-pelancong asing melalui pembinaan kelab malam adalah suatu alasan yang tidak kukuh serta bakal merosakkan negara.

KARISMA mendesak agar kerajaan membuktikan sumbangan-sumbangan langsung kepada pembangunan negara yang diperolehi daripada pembukaan kelab-kelab malam selain daripada sudut ekonomi dan peluang pekerjaan.

Pelbagai industri yang bertentangan dengan nilai moral dan agama juga mendapat keuntungan hasil pembukaan hab hiburan dan kelab malam ini.

Antaranya industri arak dan pelacuran sehingga akhirnya membawa kesan jangka panjang yang lebih parah seperti perzinaan, pembuangan bayi, penggunaan dadah serta kerosakan akhlak lain.

Selama ini kerajaan berusaha bersungguh-sungguh membendung budaya-budaya negatif ini, namun begitu ruang yang disediakan cukup luas untuk masalah ini berkembang.

Siapakah yang dapat menjamin bahawa pembukaan hab hiburan baru dan pertambahan kelab malam ini akan menjadikan rakyat Malaysia sebuah masyarakat lebih berakhlak mulia?

Adalah lebih baik sekiranya wang ringgit untuk zon hiburan dan kelab malam ini dilaburkan pada ruang yang lebih sihat seperti memajukan lokasi-lokasi yang melambangkan budaya negara Malaysia bersesuaian dengan tuntutan agama.

Nilai positif dan berakhlak harus diterapkan dalam memajukan sektor pelancongan negara Malaysia sesuai dengan budaya timur yang telah sekian lama diamalkan.

Pendekatan holistik dan bersepadu juga harus dilaksanakan oleh kerajaan dalam membina sebuah negara yang maju baik aspek material mahupun moral masyarakat.

Seharusnya pemimpin negara mengaplikasian ayat Al-Quran dalam Surah Saba' ayat ke-15 yang menyebut “Negara yang baik dan Tuhan Yang Maha Pengampun”.

Kita mahukan negara yang baik di sisi Allah yang akhirnya memberikan keampunan buat rakyatnya. Hanya dengan keredhaan dari Tuhan sahaja akan menjadikan negara ini sentiasa sejahtera dan makmur.


Penulis adalah Presiden Kelab Rakan Siswa Islah Malaysia (KARISMA) 2010

Copy paste dari: malaysiakini

P/s: entahla..sebenarnya kerajaan mencari sebenar-benar penyelesaian kepada permasalahan atau sebaliknya..bukankah, aset negara yang terpenting adalah pemuda-pemuda dan remaja-remaja masa kini. Seandainya mereka rosak, siapakah yang akan memimpin negara di masa akan datang? mahu PM masa depan seorang drug addict? seorang kaki botol? seorang yang gemar clubbing?atau...bla..bla...atau kerajaan selesa dengan duit-duit kutipan/pendapatan negara di belanjakan untuk membina/membaiki proses pemulihan remaja yang sudah rosak?? wahai pemimpin-pemimpin..jika anda benar-benar islam..buktikan keislaman kalian..janganlah melakukan sesuatu yang boleh mengundang bala' Allah...wallahua'alam..

"Mencari Redha Allah"

Si dia yang tidak pernah lelah...aku?

Syaitan/ iblis..adalah antara makhluk Allah yang tidak pernah penat atau lelah bekerja untuk menyesatkan umat manusia ke jalan yang tidak diredhai Allah..yang akhirnya membawa ke nereka bersama mereka..mereka tidak pernah berhenti walau sesaat. semakin yang diserunya berpaling dari ajakannya, semakin mereka berusaha merancang dan mengembleng tenaga agar "subjek" nya tetap  mengikuti ajakan mereka...

digunakan segala senjata yang mereka miliki ; ketakutan, pangkat, harta, nama, kesenangan, andaian, sangkaan, hasad, cinta..dan seangkatan dengannya..dengan tujuan manusia akan sesat..
perancangan mereka hebat..dikerah "mereka" yang sesuai dengan keadaan manusia agar objektif mereka tercapai..mereka yang mudah dipengaruhi..dengan mungkin "prebet", dan mereka yang tinggi imannya mungkin dengan "kepten"..malah senjata pun bersesuaian..

walaupun manusia mengetahui ancaman si syaitan dan iblis ini..malah diketahui juga senjata dan tipu daya atau helah yang digunakan si syaitan..namun, betapa ramai manusia kalah dan akhirnya mengikuti mereka..sungguh segala usaha mereka seakan benar-benar berjaya!

dan kita..keadaan kita...situasi kita.... bagaimana??!!

adakah kita antara mereka yang tertewas atau mereka yang menang dalam pertarungan?!
sungguh!! setiap kita pasti mengakui..bukan senang mahu mengatasi mereka kecuali dengan keimanan dan ketaqwaan...dan untuk miliki itu, perlukan sangat-sangat tarbiah yang berterusan dalam diri..

bukan itu sahaja..sebagai insan yang mengucap dua kalimah shahadah..bukankah kita juga miliki satu lagi haq yang besar yang perlu ditunaikan? ya... DAKWAH!!
Tentera syaitan tidak kenal putus asa mengajak manusia ke NEREKA...
Dan tentera Allah  yang dijanjikan Allah dan Rasulnya akan SYURGA...Seharusnya..lagi-lagi bersemangat dan lebih hebat usahanya..kerana keimanan itu perlu  pembuktian!

Wahai diri..lawanlah syaitan dalam diri..selagi tidak mampu berbuat begitu,usah bermimpi untuk membangunkan manusia yang terlena dari tidur yang panjang...kerana perjuangan yang tidak dibangunkan atas dasar keimanan akan terkulai sebelum mencapai apa-apa...

"Mencari Redha Allah.."

Monday, November 1, 2010

Monyet serang lagi!

“Mooooonyeeeeeeeettttt!!! Mooooonyeeeeeet!!!” Suara pekikan semakin jelas. Macam seperti kenal suara itu. Owh classmate rupenyer.. Satu block riuh dengan serangan monyet. Memang ni sebenarnya perkara biasa, always…always kena serang. Tidak kira masa. Cuma, pada waktu malam kes ni belum terjadi, tetapi, usah bersenang hati kerana tetap ada probability akan diserang lagi..


Bilik kami pun pernah kena serang, siap ambil satu plastik “oat” roommate lagi (sampai sekarang pun roommate masih trauma)..hurm.. kami pun sebenarnya dah cuba banyak kali halau monyet tu..konon-konon buat-buat berani..tetapi, last-last kita juga yang lari tak cukup tanah (Siap campak penyapu kat tangan lagi..)..memang monyet ni tak takut orang..

If so, apa nak dikata..memang namanya monyet.. marah pun tak guna, sakit hati pun bukannya dia tahu atau monyet-monyet ni kesah pun perasaan kitaorang..hehe.. Paaaliing penting bagi monyet-monyet ni ialah dapat “makanan”. Tetapi, kalau setakat mabil makanan je, tak la kisah sangat (walau sebenarnya kesah…sebab tak sempat makan dan kena ambik!-tak de rezeki)..tapi, yang paling menguji iman ialah…monyet-monyet ni sepahkan tong-tong sampah. Habis semua sampah yang kami buang berterabur..seakan block kami ni adalah pusat pembuangan sampah pula. Paling kesian bila sampah-sampah ni kena baju yang kitaorang sidai di ampaian..huhu….rasanya, kalau jadi kat semua pembaca…apakah perasaan pada waktu itu? (gembira? Bahagia? Sedih? Segan?...bla…bla…)


So, macam yang dikata..dah namanya monyet..

Dan yang paling best, yang jadi pemakmur keadaan (khalifah fil ardh) adalah tak lain dan tak bukan melainkan “makcik cleaner” yang sangat setia itu..setiap pagi dengan tekun membersihkan lantai, kutip kembali sampah-sampah yang monyet-monyet selerakkan. Lepas itu, yang paling syoook sekali dia sentiasa senyum manis menggula. (Saya tabik toin-toin kat makcik)

Sebenarnya, rasa malu juga pada diri sendiri, tak de sensitivity pun nak bersihkan sampah-sampah tu (ye..la… yang prominentnya bila sampah halang jalan)..malu juga pada mak cik tu sebab dah tua-tua macam ni pun, hal-hal macam ni nak kena ajar dan bagitau…

Dalam hal ni, takkan tetiba nak salahkan kat si monyet pula.. ye la..memang monyet-monyet tu salah..tetapi, sebagai khalifah fil ardh..menjadi tanggungjawab semua yang bergelar manusia untuk memakmurkan bumi..bukankah Allah pernah berfirman : “ Sesungguhnya, kami menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (At tin:5)
Jadi apa nak dikata?

Katalah.. “astaghfirullahal’azim



p/s: Sebenarnya, banyak je kerjaya yang tak glamour tetapi, memiliki nilai yang besar di sisi Allah, dengan syarat…. ikhlas. So, sesiapa pun kita… “it’s all about for Him..”

“Mencari Redha Allah..”