Cinta pada harta, harus membuktikan dengan bekorban masa dan tenaga untuk harta.
Cinta pada manusia juga perlu pembuktian
Cinta pada dunia perlu usaha untuk merialisasikannya
Cinta pada akhirat tentulah lagi banyak pengorbanan yang harus dilakukan
Apatah lagi cinta pada Dia nan Satu…berlipat gandalah usaha dan pengorbanan yang harus di bayar.
Bercakap tentang pengorbanan, apalah sangat pengorbanan yang kita lakukan jika dibandingkan dengan “mereka” dan nabi-nabi Allah /Rasul-rasul utusanNya.
Kembali kepada kisah nabi Allah Ibrahim..bertahun-tahun menanti cahaya mata. Kesabaran nabi Allah Ibrahim dibayar dengan dianugerahkan nabi Allah Ismail. Namun, Allah hadirkan nikmat itu dengan ujian kepada nabi Allah Ibrahim. Diwahyukan kepadanya untuk meninggalkan isteri tercinta Siti Hajar dan anak kesanyangannya Ismail ditengah gurun padang pasir yang tandus. Ditinggalkan kekasih hatinya tanpa apa-apa bekalan air atau makanan sebagai bekal. Si isteri yang tidak mengerti dengan perbuatan si suami tertanya-tanya..berat nabi Allah ismail ingin memalingkan kembali wajahnya kearah isteri dan anak tercinta.. “adakah ini perintah Allah taala?” Tanya is teri tercinta.. Nabi Allah Ibrahim mengiyakan. Dengan yakin siti Hajar mengatakan “jika ini dari Allah, tinggalkan lah kami..Allah pasti tidak akan mensia-siakannya”..lalu melangkah lah nabi Allah Ibrahim meninggalkan belahan jiwanya di tengah kepanasan. Sehinggalah secara mencatatkan terwujudkan telaga iar zam-zam atas berkat kesabaran Hajar dan nabi Allah Ismail..wujudnya juga peristiwa safa dan marwah..
Keikhlasan dan kesaksian cinta nabi Allah Ibrahim di uji sekali lagi..diperintahkan Allah untuk menyembelih nabi Allah Ismail yang sedang menginjak usia dewasa, padahal nabi Allah Ismail adalah belahan jiwanya. Alangkah beratnya perintah ujian ini.. Andaikan sahaja kita..mampukah kita menjadi manusia yang beriman dan taat seperti nabi Allah Ibrahim? Itulah..sebab itulah dikatakan ujian kita tidaklah sebesar mana pun..banyaknya ujian untuk kita melawan nafsu dalam diri. Itu pun banyak kali kita tewas dan tersungkur..
Apabila nabi Allah ibarahim nyatakan mimpinya kepada anaknya tercinta nabi Allah Ismail “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahawa aku menyembelihmu. Maka apa pendapatmu?” (Ash-shaffat: 102)..agaknya, apa jawapan nabi Allah Ismail? Ya, seperti yang tertulis dalam Al-Quraan “ Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyaAllah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (Ash-shaffat: 102)..
Keduanya telah sampai ditempat yang jauh dan tiba0tiba terhenti. Dunia tampak sunyi senyap. Nabi Allah Ibrahim memandang anaknya dengan pandangan perpisahan. Sedangkan di dalam hatinya meledak perasaan cinta dan kasih sayang yang luar biasa, kerana sangat kasihan kepada anaknya, sementara dia harus melaksanakan perintah Tuhannya. Ismail lalu berkata kepada ayahnya untuk menghilangkan semua perasaan ini, dan menenangkannya, serta tidak memperlambatkan perlaksaaan perintah Allah. “wahai ayahku, jika engkau ingin menyembelihku, maka kuatkanlah ikatanku dan tidak aka nada sesuatu yang menimpamu dariku sehingga mengurangi pahalaku. Sesungguhnya kematian itu menyakitkan. Mata pertajamlah pisaumu hingga ketika engkau meggorok leherky aku merasa tenang. Lepaskanlah bajuku untuk dijadikan kain kafanku” alangkah baik dorongan Ismail untuk melaksanakan perintah Allah” Ibrahim kemudian mengikat ismail,melepaskan baju, menghilangkan perasaanya, mmbalikkan wajahnya hingga dia tidak melihat anaknya dan agar tidak timbul perasaan belas kasihan yang mengahlanginya menjalankan perintaj tuhan. Dia membaringkan ismail untuk disembelih. Ibrahim lalu bertakbir dan menyebut nama Allah. Inilah detik- detik di mana perkataan tidak dapat keluar lagi, dan nafas pun harus diatahan di dana. Sedangkan air mata mengalir membasahi pipi. Ibrahim meletakkan pisau di leher anaknya untuk menyembelih. Namun, ketika digerakkan, pisau tajam itu menjadi lenyap, sebagaimana panasnya api lenyap dan tidak membakar Ibrahim.. Pisau itu seolah-olah berkata “ tuhanku , jangan engkau jadikan aku makhluk yang paling celaka dengan menyembeli Ismail dan memotong leher buah hati kekasihMu Ibrahim” semuanya menjadi tidak berfungsi. Padahal pisau yang tajam biasanya memotong. Namun, kali ini, pisau yang tajam itu sama sekali tidak dapat memotong. Datanglah malaikat membawa khabar gembira berupa wahyu, “ Hai Ibrahim sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikinalah kami member balasan kepada orang-orang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar satu ujian yang nyata “ ( Ash-shaffat: 106) ketika Ibrahim menoleh, ternyata di sampingnya sudah ada seekor kibas berwarna putih bertanduk yang dipelihara di surge oleh Allah di utus oleh Allah sebagai hadiah dan tebusan Ismail. Allah berfirman “ dan kami tebus anak itu dengan seekor Sembilan yang besar” (Ash-shaffat: 107)”
(Sumber: Kisah-kisah dalam Quraan tulisan Syaikh Ahmad at-Thahir Al-Basyuni)
Begitulah kisah agung sebuah pengorbanan dan ketulusan cinta yang berlandaskan Iman.. Pokoknya, iman adalah dasar dan asas bagi sebuah pengorbanan dan pembuktian cinta.Salam AIDUL ADHA...
Ingin sekali untuk menjadi salah satu tetamuNya..
Semoga kan tertunai suatu masa nanti...amen3x wa insyaAllah..
Miles away, oceans apart
Never in my sight but always in my heart
The love is always there it will never die
Only growing stronger a tears roll down my eyes
I’m thinking all the time
When the day will come
Standing there before you
Accept this Hajj of mine
Standing in ihram making my tawaf
Drinking blessing from your well
The challenge of safa
And marwah rekindles my iman
Oo Allah! I’m waiting for the call
Praying for the day when can I be near the kaabah wall
I feel alive and I feel strong
I can feel islam running through my veins
To see my muslim brothers, their purpose all the same
Greating one another, exalting one True Name
I truly hope one day everyone will get the chance
To be blessed with the greatest honour of being called into Your Noble House
(Ifran Makki: waiting for the call)
No comments:
Post a Comment