Saturday, June 25, 2011

Ukurlah dengan iman

Bagaimana seseorang mengharungi hidup jika tanpa iman? Kesibukan, bagi yang tidak memiliki iman, adalah menapaki keinginan yang tidak pernah selesai.

Menjalani waktu, sejak pagi, siang , petang, malam hingga bertemu pagi kembali, bagi orang yang tidak memiliki iman, adalah ibarat mengharungi belantara hutan yang tidak pernah ada jungnya, atau menyeberangi lautan luas yang tidak pernah bertepi. Mereka terus bergelut dengan ambisi, memenuhi keinginan nafsu, sementara itu semua tidak pernah membuat lapr dan dahaganya berkurang. Wajar, jika tidak sedikit orang yang merasa lelah menjalani hidup. Ya, mereka lelah kerana ternyata seluruh keringat, pikiran dan usahanya tidak pernha membuatnya merasa cukup. Semakin banyak usaha yang diperoleh, semakin tinggi tuntutan untuk memperoleh yang lebih banyak. Peluh yang menets ternayata hanya member kepuasan yang makin membakar nafsu untuk mendapatkan yang lebih besar. Lalu setelah itu, jatuh bangun lagi, bertarung demi ambisi lagi, mengejar dan memenuhi nafsu lagi, untuk keinginan yang tidak ada habisnya.


Saudaraku, semoga kita semakin memahami, bahawa ada banyak keinginan yang ternayta tidka baik untuk kita sendiri. Perhatikanlah bagaimana ungkapan seorang sahabat mulia, ibnu mas’ud “sesungguhnya ada seorang hamba yang sangat terobsesi mencapai sesuatu, baik masalah bisnis maupun kekuasaan. Dan sebenarnya ia dimudahkan untuk mencapai keinginannya itu. Tapi, Allah melihanya lalau berkata kepada malaikaNya “ hindarilah dia dari apa yang diinginkannya itu. Kerana sesungguhnya jika Aku mudahkahkan dia memperolehi keinginannya, maka dia akan masuk neraka” Maka orang itu pun dihindari oleh Allah dari apa yang diinginkannya. Selanjutnya, orang tersebut menduga-duga dengan mengatakan “kenapa fulan lebih berhasil dariku, kenapa fulan lebih unggul dariku. Padahal apa yang terjadi itu tidak lain hanya kurnia Allah swt belaka”

Imanlah yang menyelamatkan kita dari dinamika hidup yang melelahkan itu. Imanlah yang selalu memberikan kesegaran baru. Iman yang member epncerahan batin yang membuat kita selalu prima mengahdapi badai apapun dalam hidup. Andai seorang hamba selalu mengembalikan segala masalah pada hakikat keimanan, niscaya ia yakin bahawa Allah tidak pernah menetapkan sesuatu kecuali kebaikan. Meskipun kebaikan itu tidak disadari.

Saudaraku, Pikirann kiat seringkali tidak mampu membaca langsung kebaikan-kebaikan Allah. Mungkin kerana hati kita yang kerap tidak bersinar. Pergulatan hidup, snetuhan urusan dunia menyebabkan hati seseorang terselubung oleh suasana pekat. Itulah yang pernah digambarkan oleh Rasulullah pada kita. “ Tidaklah hati seseorang itu kecuali ia mengalami kondisi seperti awan dan bulan. Jika hati terdominasi oelh awan, maka hati akan menjadi gelap. Tetapi, apabila awan menyingkir maka hati akan menjadi terang” (HR Thabrani)

Begitulah hati yang terkadang tertutp oleh awan, akan terhijab cahayanya lalu menjadi suram. Jika kita berupaya menambah keimanan dalam hati dnegan memperbanyak amal salih dan meminta pertolongan Allah untuk menyingkap awan itu, maka hati kita akan bercahaya lagi.

Kerana nya saudaraku,
Sedarlah apabila saat-saat awan kelabu itu muali menyelimuti hati. Waspaidailah ketika hati mulai terasa redup dan tidak tersinari cahaya. Seperti yang disebutkan dalam perkataan salahfussalih “termasuk kecerdasan seorang hamba adalah jika ia menyedari kondisi imanya dan apa yang kurang darinya”

Ada pula para salafussalih yang mengatakan bahawa termasuk kecerdasan seorang hamba adalah “jika ia mengetahi dari mana datangnya bisikan-bisikan syaitan pada hatinya”

Kembalilah pada iman,, maka semua keinginan kita akan terwujud. Keinginan yang tidak sibatasi oelh target, angka atau hasil yang bisa diraba. Kerana keinginan tidak pernah selesai oleh target, angka dna hasil-hasil itu. Tapi, keinginan akan member semua harapan, melalui ketenangan, ketenteraman hati dan kepuasan. Itulah yang kita cari. Imam Ibnul Jauzi mengatakan, “ wahai orang yang ditolak dari pintu. Wahai orang yang terhalangi menemui kekasihna. Jika engkau ingin mengethaui kedudukanmu disisi raja. Lihatlah sarana apa yang bisa membantumu untuk mengetahui posisimu disisi sang raja. Lihatlah perkerjaan apa yang menyibukkanmu, betapa banyak orang yang berdiri di depan pintu istana raja. Tapi, tiada satu pun yang dapat masuk dan berhadapan dnegan raja kecuali orang-orang yang memang telah dipilih oleh sang raja. Tidak seluruh hati bisa mendekat. Tidak semua jiwa menyimpan rasa cinta”
Seorang ulama menjelaskan makna perkataan Ibnul Jauzi ini. Ia mengatakan bahawa jika seseorang ingin tahu dimana posisinya di hadapan Alla, bercerminlah pada amal-amal yang menyebukkanya. “ jika ia sibuk dengan dakwah dna berbagai masalahnya, jika ia sibuk menyelamatkan umat manusia dari nereka, jika ia sibuk melakukan pekerjaan untuk memperoleh kemenangan disyurga, menolong yang lemah dan orang yang memerlukan, maka bergembiralah kerena semoga ia mempunyai kedudukan yang dekat dnegan Allah.

Beritakanlah kabar gembira bahawa Allah tidak akan memerikan kebaikan kecuali pada orang yang Ia cintai. Tapi jika ia berpaling dari dakwah, berpaling dari pada juruj dakwah, berpaling dari melakukan kebaikanm sibuk dnegan dunia dan mengumpulkan harta benda, sibuk dnegan banyak bertanya tapi sedikit beramal, sibuk dnegan mengikuti hawa nafsu, ketahuilah bahawa ia jauh dari Allah”. Saudaraku lihatlah apa sarana yang mampu mendekatkan kita pada Allah? Dan apa pekerjaan yang menyibukkan kita? Allah memilih orang-orang yang mampu menempuh sarana yang mendekatkan diri kita padaNya dan menyibukkan diri untuk menjalani perintahNya. Mari mengukur segala keadaan iman.

Mari kembalikan semua keinginan pada keimanan. Mari melihat peristiwa hidup apa saja dengan kaca mata iman, Ibnu Taimiyah mengatakan “ apa yang dilakukan musuh-musuhku terhadapku? Surgaku ada dalam jiwaku, jika mereka emenjarankanku maka itu adalah masa penyepianku dengan tuhanku. Jika mereka mengasingkanku ke suatu tempat yang jauh maka itu adalah masa pengembaraan bagiku. Jika mereka membunuhku, itu adalah kematian yang semoga menjadikan akau sebagai syahid”
Saudaraku, Adakah kekecewaan , kekhuatiran , kegelisahan dan ketakutan di sana?

dipetik dari: mencari mutiara di dasar hati

No comments:

Post a Comment