Saturday, August 28, 2010

Who don't like to become a nurse?!!

“Who don’t like to become a nurse, raise up your hand!” Nobody respond to her. Once again she repeated the question and the result was still same. “Believe me, if you don’t like to become a nurse, better you quit now. Because if you are continuing, you will become a bad nurse!”

Ada benarnya apa yang dikatakan oleh pensyarah kami. Mungkin dia sedikit kecewa dengan desas desus yang mengatakan ada sebahagian dari senior kami tidak mahu jadi nurse. Ada yang sudah bekerja di luar bidang kejururawatan dan ada pula yang bercadang untuk sambung pelajaran di luar bidang ini.

“Why are you wasting your time here? If don’t like it..better quit now!” Dia begitu berkeras. “That’s true, I advise your junior, if you don’t like nursing, better stop here and get what you like. Because sometimes, you cannot push yourself to enjoy the things that you don’t like and finally you will get into lots of troubles.”

Agaknya apa perasaan dia sebagai seorang guru? Mungkin marah, kecewa, sedih..(Dan seerti dengannya) apabila pelajar yang dia harapkan terus menyumbang dalam bidang kejururawatan ini totally deviate dari bidang ini. Alasannya adalah “tidak minat”,masuk jurusan ini pun kerana mungkin secara kebetulan, terpaksa atau tidak pilihan lain…(jawapan yang dijawab).

Entahlah..pendapat saya, sebenarnya..harapan lecturer-lecturer kami amat tinggi pada kami. Mengarapkan kami melakukan sesuatu perubahan sistem nursing di Malaysia kearah yang lebih baik. Namun, itu bukan kerja mudah.. bukan tidak pernah ada orang cuba melakukan perubahan itu..tetapi tidak berjaya. Malah mungkin masyarakat sendiri masih tidak bersedia menerima perubahan itu. Ya, sama ada masyarakat orang biasa dan juga medical practitioner itu sendiri. Masalah stigma masih merupakan antara halangan utama yang menyekat.

Tetapi…untuk mencapai cita-cita yang menggunung tinggi itu perlu bermula dengan satu langkah. Ya, langkah pertama adalah mendidik diri untuk mencintai nursing..” proud to be a muslimah nurse”. Kan? Setuju tak?Tanpa cinta,minat atau “suka”… cita-cita yang menggunung itu hanya akan tinggal impian..So, first, love to be a nurse. Berusaha!!

Sunday, August 22, 2010

(Copy&Paste) Puasa Itu Menahan, Bukan Menunda

Hari terus berganti, waktupun berlalu. Tak terasa puasa kita sudah memasuki putaran sepuluh hari yang kedua. Alhamdulillah, Allah masih memberikan kepada kita nikmat umur, nikmat sehat, dan terutama nikmat iman, islam dan hidayah sehingga kita bisa meneruskan puasa hingga genap sebulan, insya Allah.


Sebagai bekal menjalani sepuluh hari kedua dan ketiga, penting kiranya kita menginterospeksi, mengukur diri, seberapa sukses puasa kita di sepuluh hari pertama. Apakah di mata Allah puasa kita bernilai ibadah, ataukah hanya sekedar mendapatkan lapar dan dahaga saja.


Adalah sangat rugi bila perjuangan menahan lapar, haus dan tidak berhubungan badan sepanjang siang tidak bernilai ibadah. Banyak orang yang benar-benar hanya mendapatkan lapar dan dahaga karena ketika berpuasa anggota tubuh mereka lainnya melakukan hal-hal yang bisa mengurangi bahkan menghilangkan pahala sama sekali. Mata, telinga, mulut, tangan, kaki dan juga hati mungkin tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa, tapi melakukan hal dan perbuatan yang bisa membakar pahala puasa.


“Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta, dan pengamalannya, serta amal kebodohan, maka Allah tidak butuh pada amalannya meninggalkan makan dan minumnya. (HR. Bukhari).


Kita memang tidak bisa mengetahui secara pasti seberapa besar nilai ibadah puasa kita di mata Allah. Tapi kita bisa mengusahakan agar puasa kita mendekati sempurna, bukan sekedar tidak makan, tidak minum dan tidak berhubungan badan di siang hari. Kita bisa mengoreksi diri sendiri, seberapa banyak dan seberapa jauh kemampuan kita menahan nafsu, mengendalikan emosi sepanjang hari - siang dan malam - dari hari ke hari. Apakah puasa kita di siang hari telah membawa perubahan di malam hari? Ataukah keduanya masih berjalan berlawan arah, berpuasa di siang hari namun tetap bermaksiat di malam hari?


Prihatin rasanya, ketika satu waktu sepulang dari mushola mendapati sepasang muda-mudi sedang asyik berduaan. Meski bukan di tempat sepi, tapi tetap saja yang mereka lakukan tidak dibenarkan agama. Sepertinya sholat taraweh di mushola hanya dijadikan alasan untuk melegalkan agenda keluar rumah. Rencana yang sebenarnya adalah janji bertemu dengan pujaan hati. Bila diingatkan, mereka berkilah. “Kita juga tahu kalau orang puasa tidak boleh pacaran, bisa mengurangi pahala puasa. Tapi ini kan malam, kita tidak sedang berpuasa kok!” begitu alasan mereka. Astaghfirulloh! Larangan berpacaran itu bukan saja ketika sedang berpuasa, di dalam bulan puasa. Tapi berlaku sepanjang masa, baik siang maupun malam, baik di dalam maupun di luar bulan Ramadhan. Tak ada alasan yang bisa digunakan untuk membenarkan apa yang kalian lakukan.


Juga sedih rasanya ketika mendapati orang-orang yang asyik bergunjing selesai tarawih atau mengakses situs-situs porno di warnet dan hp. Mana, kemana efek puasa yang telah mereka jalani sepanjang hari tadi? Astaghfirulloh! Hampir tak terlihat sama sekali. Seakan-akan puasa dan segala hal yang dijaganya berakhir ketika datang waktu berbuka.


Puasa itu menahan, mengendalikan, bukan menunda. Sehingga ketika waktu berbuka telah tiba, semestinya kita tetap mampu menahan dan mengendalikan nafsu, bahkan hingga ketika bulan Ramadhan telah berlalu. Puasa bukanlah menggeser waktu, dari siang menjadi malam. Siang berpuasa, malam hari puas-puasin. Siang di tahan-tahan, ketika malam layaknya orang balas dendam.


Kata “puasa” dalam bahasa Arab, adalah “Ash-Shaumu” atau “Ash-Shiyaamu”. Sedangkan kata “Ash-Shiyaamu” menurut bahasa Arab adalah semakna dengan “Al-Imsaku” artinya : menahan dari segala sesuatu, seperti menahan makan, menahan bicara, menahan tidur, atau dengan kata lain: mampu mengendalikan diri dari segala sesuatu (Al-Imsaaku wal-kaffu ‘anisy-syai) Sedangkan puasa (Ash-shiyaamu) menurut istilah (syari’at) agama Islam ialah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan (membukakan) selama satu hari penuh, sejak dari terbit fajar sampai dengan terbenamnya matahari dengan niat mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT. ( Dari berbagai sumber )


Mari kita jaga dan hormati bulan Ramadhan yang suci dan mulia ini. Kita manfaatkan bulan penuh barokah dan ampunan ini untuk mendidik diri kita menjadi pribadi yang taqwa. Puasa memang di siang hari, tapi Ramadhan bukan hanya siang, termasuk juga malam. Sayang sekali jika selama dua belas jam lebih kita menahan lapar, haus dan dorongan nafsu yang ketika di luar puasa halal kita lakukan, tapi ketika waktu berbuka datang, kita seolah lupa dengan segalanya. Kita seperti seorang pendendam yang bertemu setelah sekian lama menunggu. Meski makan, minum dan berhubungan suami istri halal di malam hari, tapi semestinya tetap dilakukan dengan terkendali.


Puasa yang sukses semestinya membawa perubahan sikap dan kepribadian seseorang. Ketika puasa dijalankan sebulan penuh, seharusnya cukup untuk mendidik kita dalam menghadapi sebelas bulan berikutnya. Sangat sayang jika puasa yang kita kerjakan tidak menghasilkan apa-apa. Puasa perut dan syahwatnya, tapi mata, telinga, tangan, kaki dan hatinya berlaku seperti biasa, mengikuti nafsu belaka. Jangankan sebelas bulan berikutnya, sehari-harinya saja tak lebih dari sekedar perubahan gaya hidup, pengalihan waktu dari siang ke malam saja. Astaghfirulloh! Sungguh, semoga kita tidak termasuk golongan yang demikian. Amin.


http://abisabila.blogspot.com/

Derived from: eramuslim.com

Monday, August 9, 2010

Beza mereka dan kita..

Seringkali jalan itu digunakan seharian. Daripada pulang kelas, pergi kelas, masjid yang dalam permbinaan itu sering menjadi tatapan. (IIUM Mosque). Mulanya memang mengharap agar Ramadhan kali ini, diri berkesempatan untuk berbuka, ifthar dan mungkin i'tikaf di situ. Namun, seakan impian itu tidak kesampaian kerana pembinaan masih belum siap sepenuhnya.
(Harapnya sebelum grad next year..sempat la..insyaAllah..tu pun kalau umur masih panjang..hee)


Satu perkara yang menarik perhatian setiap kali melihat para pekerja bersungguh-sungguh menyiapkan masjid UIA kuantan. Kesungguhan mereka. waktu pagi, saya melalui jalan itu mereka sudah bersiap sedia bekerja. Petang juga begitu, tengahari juga ada, malah yang mengagumkan waktu malam pun mereka masih gigih membina bangunan masjid. Sungguh saya kagum dengan mereka. Dan rata-rata pekerja nya adalah saudara dari Indonesia..ya, mereka begitu sinonim dengan kegigihan mencari sesuap rezeki yang halal..


Saya teringat sebuah cerita yang pernah diceritakan oleh pak Bowo suatu ketika dahulu semasa mengikuti sesi training TRUSTCO. Kisahnya..
Ada tiga orang buruh yang membina bangunan sekolah, satu dikenali sebagai si A, si B dan si C.
Apabila ditanya kenapa kamu begitu bersungguh-sungguh membina bangunan ini?
si A jawabitu sahajalah kerja yang mampu dia lakukan untuk mendapatkan rezeki yang halal
Si B pula menjawab: Ini adalah satu kerja yang membolehkan dia menyarakan keluarganya dan menyumbang sesuatu kepada masyarakat.
Manakala si C menjawabYa, ia adalah rezeki yang halal dan saya bangga menjadi salah satu yang membinanya. Kerana dengan terbinanya bangunan ini, seakan saya  adalah salah seorang membantu membina bangsa saya.

Subhanallah..betapa kekuatan minda dan emosi menjadikan seseorang itu hebat. Hebat bukan? Mungkin ada diantara mereka yang membina masjid UIA itu adalah mereka yang memiliki jawapan C.  Rasulullah pernah bersabda yang bermaksud Rasulullah amat suka umatnya yang bekerja mendapatkan rezeki yang halal dengan hasil titik peluhnya. Lagi penat, lagi susah untuk mendapatkan sesuap nasi, lagi berkat..
Bayangkan ganjaran yang mereka terima dari Allah..dengan setiap kebaikan dan ibadat yang dilakukan di masjid itu..mereka juga mendapat sahamnya...semoga Allah memberkati mereka.

InsyaAllah Ramadhan Kareem kembali..
Ya Allah permudahkan lah hati-hati kami melakukan ketaatan kepadaMu..

Sunday, August 1, 2010

Mahasiswa dibenarkan berpolitik?

NGO: Mahasiswa juga ada hak berpolitik, wajar pinda AUKU
Oleh Syed Mu’az Syed Putra


KUALA LUMPUR, 31 Julai — Pemimpin-pemimpin pelajar menyambut baik langkah Datuk Saifuddin Abdullah yang mahu membawa usul membenarkan mahasiswa terlibat dalam politik ke perhatian MT Umno tetapi menegaskan, sudah sampai masanya penuntut universiti dibenarkan aktif berpolitik atas alasan mereka juga ada hak mengundi.


Presiden Kelab Rakan Siswa Islah Malaysia (Karisma) Abdullah Omar Muhd Fuad berkata, cadangan itu merupakan satu pembaharuan baik kepada mahasiswa tetapi pelajar tidak harus membawa agenda politik ketika sesi pembalajaran di kampus.


“Kita memang setuju dengan cadangan tersebut kerana tiada masalah kalau mahasiswa nak terlibat dalam politik kerana mereka juga adalah pengundi,” kata beliau.


Bagaimanapun kata beliau, sekiranya cadangan tersebut diterima, tidak boleh melabelkan mahasiswa sebagai prokerajaan atau pembangkang.


“Kalau kita buat bantahan kepada kerajaan tidak bermakna kita sokong pembangkang, jadi kita harap mahasiswa ini tidak dilabelkan sebegitu.


“Ini kerana kita tidak mahu mahasiswa dipandang rendah oleh masyarakat, kita bantah bukan suka-suka kerana ada sebabnya,” katanya.


Selain itu, beliau juga menyarankan agar diletakkan satu syarat khas supaya mahasiswa ini tidak mengabaikan pelajaran mereka.


“Kadang-kadang kalau terlalu asyik dengan politik mungkin mahasiswa akan lupa akan tanggungjawab sebenar mereka sebagai pelajar,” kata beliau.


Abdullah Omar mengulas cadangan Saifuddin untuk membawa usul membenarkan mahasiswa terlibat dalam politik pada mesyuarat MT Umno akan datang.


Saifuddin yang juga Timbalan Menteri Pengajian Tinggi berkata sudah tiba masanya AUKU dikaji semula bagi membolehkan mahasiswa terlibat dalam politik.


Walaupun akta itu dipinda pada tahun 2008 di mana penuntut Institut Pengajian Tinggi Awam (IPTA) dibenar menyertai pertubuhan politik setelah mendapat kebenaran Naib Canselor, beliau berkata akta itu perlu dikaji semula.


Dalam pada itu, Presiden Kumpulan Aktivis Mahasiswa Independen (KAMI) Hilman Idham berkata, mahasiswa merupakan bakal pemimpin masa hadapan jadi penglibatan golongan itu dalam politik amat penting bagi melahirkan pemimpin yang berkaliber.


“Mahasiswa mempunyai idealisme dan pandangan masing-masing dalam politik, jadi penglibatan mereka amat penting bagi menyuarakan pandangan sebagai mahasiswa.


“Banyak pendedahan positif akan diterima mahasiswa sekiranya mereka terlibat dalam politik termasuk dari segi pengembangan pengalaman, membuat keputusan, mempraktikkan teori politik yang dipelajari dan sebagai.


“Sepatutnya sejak dari dulu mahasiswa ini dibenarkan terlibat sama dalam politik dan jangan sesekali melabelkan mahasiswa ini,” katanya.


Sehubungan itu Hilman berkata sekiranya cadangan itu diluluskan maka mahasiswa boleh memperluaskan pengalaman politik tanpa perlu bimbang akan dikenakan tindakan.


“Sekarang mana-mana mahasiswa yang terlibat dalam politik boleh dikenakan tindakan di bawah AUKU.


“Jadi saya percaya mahasiswa akan mendapat kebebasan yang sepatutnya sekiranya cadangan tersebut diluluskan nanti,” katanya.


Hilman kini berhadapan dengan tindakan disiplin kerana didakwa di bawah Seksyen 15(5)(A) AUKU kerana bersimpati dengan parti politik semasa pilihan raya kecil Hulu Selangor April lalu.


Presiden Gabungan Mahasiswa Islam Se-Malaysia (Gamis) Mohd Idris Mohd Yusoff berpendapat cadangan tersebut sesuai kerana mahasiswa juga ada hak untuk berpolitik.


“Saya memang setuju dengan cadangan tersebut dan ia menunjukkan kerajaan mula bersikap terbuka dalam hal ini.


“Selama ini mahasiswa dikongkong kerana tidak dibenarkan terlibat dalam politik. Jadi sekiranya diluluskan, maka secara tidak langsung mahasiswa boleh mengetahui selok-belok politik,” katanya.


Beliau berkata penglibatan secara terus golongan mahasiswa dalam politik boleh memberikan pendedahan awal selain melahirkan lebih ramai pemimpin masa depan.


“Jadi mahasiswa ini boleh mempelajari politik secara praktikal apabila merasai sendiri pengalaman tersebut.


“Jika berbanding dengan sekarang mahasiswa hanya pelajari tentang teori sahaja, ia tidak boleh menerangkan maksud politik sebenar kepada mahasiswa,” tambahnya.


Sementara itu Presiden Gabungan Pelajar Melayu Semenanjung (GPMS), Jais Karim berkata, penglibatan mahasiswa dalam politik sebenarnya tidak boleh dipisahkan kerana golongan itu adalah bakal pemimpin negara.


“Dengan penglibatan mahasiswa dalam politik mereka boleh melihat dan memahami sendiri apa yang dimaksudkan dengan politik secara lebih jelas lagi.


“Selain itu, saya melihat cadangan itu satu tindakan yang baik kerana ia boleh memberikan kesan positif kepada mahasiswa dan juga negara.


“Ini kerana kita mahu melahirkan ramai bakal pemimpin tapi selama ini mahasiswa disekat jadi saya melihat cadangan itu mampu melahirkan lebih ramai pemimpin yang bijak dna bagus,” katanya.


Bagaimanapun Jais berharap agar mahasiswa yang terlibat dalam politik dapat mengimbangi soal pelajaran dan politik.


Copyright © 2010 The Malaysian Insider